Rabu, 14 Mei 2014

Beberapa Objek Wisata Menarik di kabupaten Ngada, Bajawa, Flores

               Saya sangat tertarik dengan beberapa objek wisata yang terletak di kabupaten Ngada, Flores. Yang kebetulan, daerah ini merupakan kampung halaman saya. (walaupun yang asli lahir disana hanya papa saya) Jadi, saya akan menceritakannya kali ini.              

               Kabupaten Ngada, terletak di ibukota Bajawa. Tepatnya, terletak di jantung Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.


Bajawa
        Menurut penduduk setempat (termasuk kata papa saya), Bajawa merupakan kota yang berada didalam mangkok atau memiliki bentuk seperti mangkok, dan banyak penduduknya berasal dari pulau jawa. Karena nama "Bajawa" berasal dari kata Ba yang berarti mangkok, dan Jawa yang artinya Pulau Jawa. Bentuk kota Bajawa yang seperti mangkok ini karena, kota ini dikelilingi oleh gunung dan bukit-bukit.
               Jumlah penduduk di Bajawa kurang lebih ada 15 ribu orang. Kota ini juga telah memiliki fasilitas yang cukup memadai untuk menyambut para turis, baik domestik maupun asing.


Yang pertama, saya akan menceritakan objek wisata yang paling ingin saya kunjungi (karena saya baru bisa mengunjunginya 3 tahun lagi) Yaitu, Kawah Wawo Muda !

Kawah Wawomuda
Kawah Wawomuda
       Kawah ini terletak di dusun Ngoranale, kelurahan Susu, kecamatan Bajawa, kabupaten Ngada. Untuk mencapainya, harus berkendara selama kurang lebih 15 menit dan mendaki gunung dengan berjalan kaki sekitar 30 menit(setengah jam).

         Kawah Wawomuda terbentuk pada tahun 2001 setelah gunung Wawomuda meletus. Setelah meletusnya gunung tersebut, terbentuklah kawah ini. Kawah ini memiliki tiga kawah kecil dengan warna yang berbeda, yaitu kuning, coklat, dan merah kecoklatan. Kawah ini sering pula disebut "Mini Kelimutu", karena perubahan warna pada kawah ini terjadi dari hasil reaksi vulkanis serta mikroorganisme yang ada di air kawah.

Kawah Wawomuda
Kawah Wawomuda

















Air Panas Mengeruda


                     Pemandian air panas Mengeruda ini, terletak di desa Mengeruda, kecamatan Soa. Untuk mencapainya dibutuhkan waktu 40 menit untuk berkendara. 

Sungai Air Panas Mengeruda
        
Di tempat pemandian ini sudah tersedia bebagai fasilitas untuk para pengunjung/ turis.  Biaya masuk, untuk turis lokal sebesar Rp 2.500, 00/org, dan untuk turis asing biayanya sebesar Rp 5.000,00/org. Ada 2 pilihan tempat pemandian air panas ada yang dikolam renang renang dan di pinggir sungai.  Air di tempat pemandian Air Panas Mengeruda ini memiliki suhu sekitar 40 derajat celsius, dan dipercaya menghilangkan pegal-pegal dan menghilangkan berbagai penyakit kulit karena terdapat kandungan belerang pada air tersebut. 






Air Terjun Ogi 
Air Terjun Ogi
       Air terjun Ogi terletak di desa Faobata, kecamatan Bajawa, Flores. Air terjun ini sangat mudah dicapai karena sangat dekat dengan Bajawa. Letaknya sekitar 7km dari kota Bajawa. Tetapi karena sedikitnya penunjuk jalan yang ada untuk menuju ke lokasi, para pengunjung disarakan untuk bertanya kepada penduduk setempat untuk memperoleh informasi. Air terjun yang memiliki ketinggian kira-kira 30 meter ini, dikelilingi oleh pepohonan rindang, dan udara yang sejuk, membuat saya sendiri ingin cepat-cepat mengunjunginya..














Kampung Bena
Kampung Bena
        Kampung Bena, adalah salah satu perkampungan Megalitikum. Kampung ini terletak di Kabupaten Ngada, Flores, provinsi Nusa Tenggara Timur. Kampung ini tepatnya terletak di desa Tiwuriwu, Kecamatan Jerebu, kabupaten Ngada. Jarak kampung ini dari pusat kota Bajawa sekitar 19km. Letak kampung ini berada di kaki gunung Inerie. Masyarakat di Kampung Beda percaya bahwa gunung adalah tempat dewa. Dan mereka meyakini keberadaan Yeta. Yeta adalah dewa yang bersinggasana di gunung tersebut yang telah melindungi kampung mereka.

            
           

Kampung Bena
Bentuk kampung ini memanjang, dan memiliki kontur tanah yang miring. Pintu masuk kampung berada di arah utara. Dan di arah selatan merupakan puncak dan tebing yang terjal. Letak rumah - rumah pada kampung ini berhadap - hadapan dalam dua barisan. Pada awalnya hanya ada satu suku dikampung ini yaitu suku Bena. Perkawinan dengan suku lain akhirnya melahirkan suku - suku baru yang membentuk keseluruhan penduduk kampung Bena. Hal ini terjadi karena penduduk Kampung Bena menganut sistem kekerabatan (matriarkat). Sekarang, ada kurang lebih 40 rumah yang telah dihuni oleh 9 suku yaitu, :
                         1. Suku Bena
                         2. Suku Dizi
                         3. Suku Dizi Azi
                         4. Suku Wahto
                         5. Suku Deru Lalulewa
                         6. Suku Deru Solamae
                         7. Suku Ngada
                         8. Suku Khopa
                         9. Suku Ago

               

Rumah di kampung ini mempunyai bentuk yang seragam. Dari dinding yang terbuat dari kayu dan bambu, sampai ke atap yang tinggi yang terbuat dari ijuk. Di tengah kampung terdapat beberapa bangunan yang mereka sebut sebagai Bhaga dan Ngadhu. Bangunan Bhaga ialah bangunan yang berbentuk mirip pondok kecil (tanpa penghuni). Sedangkan Ngadhu, adalah bangunan bertiang tunggal dan beratap serat ijuk hingga bentuknya menjadi seperti pondok peneduh. Tiang Ngadhu berasal dari kayu khusus yang keras yang berfungsi sebagai tiang gantungan saat sedang mengadakan pesta adat.
Ngadhu

Batu Megalitikum

Di tengah lapangan, terdapat juga sebuah lapangan terbuka yang terdapat batu-batu Megalitikum yang merupakan makam para leluhur. Selain, kedua bangunan tersebut, ada bangunan lainnya seperti, Sakalobo. Sakalobo adalah rumah keluarga inti pria, yang telah ditandai dengan adanya patung pria yang sedang memegang parang dan busur panah di atas rumah itu. Dan, Sakapu'u, merupakan rumah keluarga inti perempuan. Pada bagian depan beberapa rumah, dipajang tanduk kerbau dan rahang babi. Ini menandakan bahwa keluarga yang menempati rumah yang telah dipajangi dengan  tanduk kerbau telah berbuat suatu kebaikan untuk orang miskin. Sedangkan rahang babi menunjukan babi yang telah dipotong untuk digunakan pada upacara Kasao. Kasao sendiri adalah upacara pembuatan rumah yang digunakan oleh Kampung Bena.

           
Kaum Wanita Kampung Bena sedang menenun
Penduduk kampung Bena  termasuk ke dalam suku Bajawa. Saat ini, mayoritas penduduk di kampung tersebut adalah agama penganut agama Katolik. Pada umumnya mereka bermata pencaharian sebagai peladang/ petani. Bagi kaum wanita, masih ditambah dengan bertenun. Penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani selalu menggelar pesta adat Reba dalam setiap tahunnya. Reba merupakan suatu pesta adat yang diadakan pada bulan Desember atau Januari, untuk melakukan syukuran atas apa yang telah diperoleh masyarakat kampung tersebut dalam satu tahun. Serta, masyarakat juga memohon keberhasilan pada masa mendatang. Selain untuk mewujudkan syukur kepada Tuhan, Reba juga sekaligus sebagai ritual untuk menghormati nenek moyang. Pada saat prosesi Reba berlangsung, semua anggota keluarga berkumpul dalam sebuah rumah adat dan harus memakai pakaian adat Kampung Bena.

               Kampung Bena, belum pernah tersentuh teknologi. Arsitektur bangunan masih sangat sederhana. Kampung Bena diperkirakaan telah ada sejak 1.200 tahun yang lalu, berdasarkan catatan yang ada pada menurut catatan pemerintah Kabupaten Ngada. Mereka masih dengan teguh untuk memegang adat istiadat yang telah diwariskan oleh nenek moyang. 

               Masyarakat di Kampung Bena tidak mengeksploitasi lingkungannya yang berupa lahan pemukiman dibiarkan sesuai kontur asli tanah di daerah itu yaitu tanah berbukit.
           Kampung Bena berbentuk seperti perahu, yang menurut kepercayaan zaman megalitikum perahu dianggap punya kaitan dengan wahana bagi arwah untuk menuju ke tempat tinggalnya. Perahu ini mempunyai nilai kerjasama, gotong royong, dan kerja keras yang telah para leluhur contohkan saat mereka menaklukkan alam, dan mengarungi lautan untuk sampai ke Bena. 

               Jika ingin mengunjungi Kampung Bena, pengunjung tidak dikenakan biaya masuk. Para pengunjung hanya diminta untuk mengisi buku tamu yang  telah disediakan, dan memberikan donasi seiklasnya kepada kampung tersebut, yang nantinya donasi yang telah terkumpul akan digunakan untuk pemeliharaan kampung agar segala budaya dan adat istiadat Kampung Bena dapat terjaga. Karena hal ini, pantaslah Kampung Bena dicalonkan untuk menjadi Situs Warisan Dunia (UNESCO) pada tahun 1995.



Gunung Inerie
           Gunung Inerie, adalah gunung tertinggi dari sekian banyak gunung yang berada di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, Flores. Gunung ini memiliki ketinggian 2.245 meter diatas permukaan laut, yang berbentuk seperti kerucut.

Gunung Inerie, Kabupaten Ngada, Bajawa, NTT, Flores
               Jika ingin mendaki gunung ini, titik awal pendakian berada di desa Watumeze yang berjarak sekitar 30 menit ditempuh dari Bajawa. Pendakian yang berawal dari desa Watumeze sampai ke puncak gunung ini, dapat memakan waktu tiga jam. Jika sudah sampai ke puncak Gunung Inerie, dapat terlihat pemandangan kota Bajawa, laut Sawu, dan hutan-hutan yang masih hijau rindang di wilayah Kabupaten Ngada, Bajawa.  



Sekian informasi dari saya, saya akan menambahkan artikel ini kapan-kapaaannnn...      
Terimakasih 



             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar